Peran  Penting Taman Bacaan Masyarakat

Masyarakat Indonesia memiliki tingkat literasi yang sangat rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2019 oleh Program for International Student (PISA)yang dipublikasikan oleh Organization for Economic Co-operation and Developmentdiperoleh hasil bahwa negara Indonesia berada di peringkat ke 10 terbawah dari 70 negara dalam minat membaca (www.perpustakaan.kemendagri.go.id).

Departemen Pendidikan Nasional dan Perpustakaan Nasional RI (1977) dalam Hayati Suryono (2015) menyatakan bahwa, 1) minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan bangsa lain bahkan dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN, dan 2) dominannya budaya tutur sebagai salah satu faktor penyebab rendahnya kebiasaan dan kegemaran membaca masyarakat Indonesia.

Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi informasi semakin berkembang pesat. Kumalasari (2019) menyatakan bahwa, Menurut data survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII), penggunaan internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa pada tahun 2017. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 13,7 juta jiwa. Masyarakat kalangan muda ternyata lebih banyak menggunakan internet di kesehariannya (Dwiyantoro, 2019). 

Hal ini menjadikan aktivitas membaca secara online atau teks jarang dilakukan. Informasi yang tersedia tidak hanya melalui buku tetapi juga melalui media radio, televisi, dan internet. Tidak dapat dipungkiri hal tersebut membuat anak-anak tidak tertarik dengan media baca seperti buku. 

Baca juga:  Ngabuburit di Pantai Gope Sambil Menunggu Sunset

Adapun faktor lainnya yaitu karena mahalnya harga buku, maka dari itu sebagai upaya dalam menumbuhkan minat baca masyarakat salah satu cara yang dilakukan ialah dengan mengadakan taman bacaan masyarakat (Shofaussamawati, 2014).

Untuk itu, masyarakat harus memiliki kesadaran untuk membudayakan gemar membaca di lingkungan sekitar, yang semua kalangan dapat memanfaatkan buku tanpa harus dibatasi usia, pekerjaan, budaya, dan penampilan. Dengan kata lain, semua masyarakat dapat memanfaatkan informasi yang ada di tempat tersebut. Serta masyarakat yang buta informasi dapat terpenuhi kebutuhan informasinya melalui internet. 

Menteri Pendidikan Nasional R.I. (2003) menyatakan bahwa, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan, instrumen penunjang pemberantasan buta aksara melalui Pendidikan Non Formal (PNF) dengan program budaya baca dan pembinaan perpustakaan seperti Taman Bacaan Masyarakat (TBM) (dalam Dwiyantoro, 2019).

TBM ditujukan untuk membantu peningkatan minat baca, budaya baca dan cinta buku bagi warga belajar dan masyarakat.Pemerintah sudah memberikan jalan agar masyarakat Indonesia gemar membaca, yakni melalui TBM. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses buku di sekitar tempat tinggalnya berada. 

Baca juga:  Cara Mudah Membasmi Rumput Liar disekitar Rumah dari Bahan Alami

Taman bacaan masyarakat itu sendiri yang bermula dari taman pustaka rakyat pada tahun 50-an, merupakan bagian dari perpustakaan umum(Sutarno N. S., 2006). Awal mula TBM berasal dari salah satu layanan di perpustakaan umum agar semua koleksi perpustakaan dapat digunakan oleh semua kalangan masyarakat. 

Meskipun Provinsi Banten menempati urutan ke – 9  se-Indonesia dalam Indeks Kegemaran Membaca (IKM) dengan perolehan angka 58,77 (Perpustakaan Nasional (Perpusnas), 2020). Akan tetapi, tingkat minat baca di Banten tidak merata.Kabupaten Tangerang memiliki minat baca yang rendah. 

Salah satu daerah di Kabupaten Tangerang yang memiliki minat baca rendah yaitu Desa Bakung, Kecamatan Kronjo. Di sana anak-anak lebih sering bermain dengan gawai daripada membaca buku. Berdasarkan permasalahan tersebut Karang Taruna sebagai salah satu organisasi aktif di Desa Bakung berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut melalui salah satu program dari pendidikan nonformal yaitu dengan mendirikan Taman Bacaan Masyarakat. 

TBM Litba Kreatif yang beralamatkan di Jalan Raya Kronjo RT. 005/001 Desa Bakung, Kecamatan Kronjo didirikan agar anak-anak dan remaja daerah setempat mampu diarahkan ke dalam kegiatan yang lebih positif di waktu senggang sekaligus menjadi sarana untuk edukasi literasi dan menumbuhkan minat baca masyarakat, khususnya anak-anak termasuk pelajar.

Baca juga:  Mimpi Melihat Diri Sendiri, Pertanda Apa? Simak Penjelasannya Menurut Para Ahli

TBM Litba Kreatif memilik sebuah visi yaitu meningkatkan minat baca masyarakat dan pemberdayaan remaja di Desa Bakung. Sedangkan misinya ialah membangun dan menerapkan yang menarik dan program-program yang menyenangkan sebagai sarana pembentukan karakter masyarakat Desa Bakung. 

Akan tetapi pada kenyataannya TBM Litba Kreatif belum banyak diketahui oleh masyarakat Desa Bakung secara luas, sehingga kunjungan hanya dilakukan oleh masyarakat terdekat di sekitar TBM. Belum lagi antusias anak-anak dan masyarakat terhadap Taman Bacaan Masyarakat tersebut semakin menurun.

Pada awal peresmian TBM Litba Kreatif pada bulan Maret 2021 setiap harinya sebanyak 20-30 orang Kampung Bakung berkunjung ke tempat tersebut. Namun berdasarkan observasi yang dilakukan oleh kelompok 18 KKM Tematik Gelombang 2-Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, jumlah pengunjung TBM Litba Kreatif menurun menjadi 10-15 orang perharinya.

Oleh karena itu, kelompok 18 KKM Tematik Gelombang 2-Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan kegiatan pengabdiannya berinisiatif untuk memperkenalkan dan mengembangkan lebih lanjut terkait keberadaan TBM Litba Kreatif ini melalui pendampingan pendidikan dalam meningkatkan kemampuan literasi anak-anak di Desa Bakung, Kecamatan Kronjo.

Komentar