BANTEN72- Puluhan petani di Kecanatan Patia , Kabupaten Pandeglang banyak beralih profesi menjadi pekerja serabutan dan ada yang mengadu nasib mencari kerja swasta ke luar daerah.
Kondisi ini terjadi akibat lahan garapan selama kemarau terdampak kekeringan.
“Akibat lahan perswahan dilands kekeringan , kami terpaksa beralih profesi sementara dari petani menjadi pekerja serabutan. Bahkan teman-teman petani lainnya ada yang mencari kerja ke luar daerah seperti kuli bangunan dan bekerja swasta,” kata seorang petani di Patia Johan kepada Banten72.com, Kamis (26/9/2024).
Ia menyebutkan lahan dalam kondisi mengering sangat sulit untuk ditanami padi. Apalagi sejumlah saluran irigasi juga mengering sehingga tidak bisa mengairi area perswahan.
Oleh karena itu kata Johan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya harus tetap berikhtiar untuk mendapatkan rupiah.
“Kemarau ini membuat sawah tidak bisa digarap karena tidak ada air. Jangankan untuk menggarap sawah air untuk kebutuhan sehari-hari saja sangat sulit. Akibatbya para petani harus beralih profesi,” katanya.
Ia menjelaskan, selain beralih profesi menjadi pekerja serabutan ada juga yang memanfaatkan mengolah lahannya untuk membuat batubata. Meski demikian hasil pengolahan batubata tidak maksimal karena kebutuhan airnya terbatas.
Ia menyebutkan kalau kebutuhan air minum warga mengaku ada bantuan air bersih . Tetapi kebutuhan air bersih itu hanya mencukupi tiga hari saja.
” Akhirnya warga pun terpaksa harus membeli air mineral isi ulang Rp 4000 per galon,” katanya.
Kordinator Petugas Penyuluh Lapangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang, Yuyu mengatakan kondisi saat ini memang dari 10 desa ada dua desa yang masih bisa menggarap lahan pertanianya. Kedua desa itu yakni Idaman dan Cimoyan, karena warga memanfaatkan sumber air dari mesin sedot air.
“Ada dua desa yang lahan pertanianya masih bisa digarap dengan mengalirkan air dari mesin sedot ke area persawahan,” katanya.
Sementara itu untuk daerah lainya masih kesulitan air , karena tidak ada sumber air yang bisa dimanfaatkan.
Namun demikian , pihaknya memprediksi bulan Oktober sumber air bisa kembali normal.***
Komentar