Pameran Tunggal Arkiv Vilmansa “Semesta Arkiv” Hadirkan Eksplorasi Seni, Teknologi, dan Kemanusiaan

BANTEN72 – Pameran Tunggal seniman kontemporer asal Bandung, Arkiv Vilmansa, bertajuk “Semesta Arkiv” digelar di Galeri Nasional Indonesia. Pameran hasil kerja sama Museum dan Cagar Budaya unit Galeri Nasional Indonesia, Studio Arkiv, dan Galeri Zen1 ini dibuka secara resmi oleh fashion designer, seniman, sekaligus pencinta seni Didit Hediprasetyo yang berlangsung dari 22 Februari hingga 11 Mei 2025.

Pameran Arkiv Vilmansa yang bertajuk “Semesta Arkiv” dikuratori oleh Rizki A. Zaelani, pameran ini menawarkan perspektif filosofis yang merujuk pada pemikiran filsuf Friedrich Nietzsche: “Kita memiliki seni agar tidak mengalami kematian realitas.”

Karya-karya Arkiv dihadirkan sebagai ruang dialog antara seni dan realitas kontemporer, di mana teknologi tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai alat untuk memperkuat otonomi ekspresi manusia.

Arkiv Vilmansa tidak hanya menciptakan karya seni, tetapi juga menghidupkan semesta imajinasi yang mengajak kita merayakan keberagaman dan kebebasan. Dalam ‘Semesta Arkiv’, Arkiv membuktikan bahwa seni kontemporer bisa menjadi jembatan antara tradisi, teknologi, dan harapan masa depan. “Semesta Arkiv” akan mengajak publik menyelami dialektika antara otonomi seni, kemajuan teknologi, dan refleksi kemanusiaan.

Baca juga:  Pemerintah Pastikan Regulasi Pembatasan Media Sosial bagi Anak Segera Berlaku

Pameran “Semesta Arkiv” menampilkan perjalanan kreatif Arkiv Vilmansa yang karyanya dikenal melalui eksplorasi warna, karakter imajinatif, dan kolaborasi lintas disiplin. Perjalanan kreatif Arkiv tersebut disuguhkan melalui 100 lebih karya Arkiv berupa lukisan, patung, instalasi, dan art toys, yang disajikan dalam lima tema yang tersebar di beberapa gedung Galeri Nasional Indonesia yaitu Metaphor of Memories, Monument of Sense (Mickiv Hope X Sunaryo), Widya Segara (Wisdom of the Sea), Laut Semua Warna, dan Sintesa.

Metaphor of Memories di Gedung D menampilkan karya-karya Arkiv yang menunjukkan jejak perjalanan dan penjelajahannya sebagai seniman yang juga bergulat dalam dunia perancangan (desain, fashion, arsitektur). Tema ini menjadi penanda penting dalam penciptaan karakter khas Mickiv (yang memiliki relasi terhadap penciptaan karakter Mickey Mouse, Walt Disney) dalam ekspresi karya-karyanya sekaligus menandai momen hiatus Mickiv sebagai subject matter bagi ekspresi karya lukisan-lukisannya. Di Gedung D juga ditampilkan Monument of Sense (Mickiv Hope X Sunaryo) yang merupakan proyek khusus hasil kolaborasi Arkiv Vilmansa bersama perupa Sunaryo.

Baca juga:  Pemerintah Pastikan Tukin Dosen Cair Pertengahan Tahun 2025

Widya Segara (Wisdom of the Sea) di area outdoor menampilkan balon paus raksasa dari material plastik dengan bentuk dan warna yang khas, yang bernama Raga dengan ukuran 4×6 meter dan panjang 30 meter, serta Runa dengan dimensi 2×3 meter dan panjang 15 meter. Raga dan Runa menjadi duta-duta imajinasi diri Arkiv untuk menyuarakan sikap kepeduliannya terhadap nilai-nilai penting yang diajarkan oleh keberadaan laut bagi keberlangsungan masyarakat dan budaya Indonesia. Widya Segara juga menyatakan sebuah “peristiwa seni” (art happening) karena presentasinya di ruang publik dengan durasi terbatas.

Laut Semua Warna di Gedung A mempresentasikan fase perubahan serta pembaruan mutakhir karya-karya Arkiv yang terinspirasi dari kehidupan laut. “Episode laut” ini merupakan tema dari rangkaian episode-episode penciptaan yang lainnya, yang telah menjadi tema dari wilayah imajinasi penciptaan Arkiv yang tengah terus ia renungkan hingga kini. “Laut Semua Warna” tidak hanya terkait dengan proyek seni “Widya Segara” tetapi juga menyangkut kolaborasi penciptaan seni Arkiv bersama para seniman lain.

Baca juga:  Pemerintah Melakukan Operasi Pasar untuk Kendalikan Harga Pangan

Sintesa di Gedung B menunjukkan karya-karya hasil kerja kolaborasi kreatif Arkiv dengan para seniman lain, yaitu Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Tema ini tidak hanya menunjukkan perkembangan karier seni Arkiv, tetapi juga wacana perkembangan seni rupa Indonesia.

“Pameran ini adalah penghormatan pada laut, warna, dan kolaborasi. Saya ingin mengajak penikmat seni untuk tidak hanya melihat, tetapi ‘merasakan’ bagaimana seni bisa menjadi medium yang membebaskan, bahkan di tengah kompleksitas zaman,” ungkap Arkiv.*

Komentar