Miris Caleg Gagal Berujung Stres Dan Depresi Hingga Menoror Warga Dengan Petasan Jumbo

BANTEN 72 – Pesta demokrasi atau pergelaran Pemilu telah selesai dilaksanakan diiringi dengan berbagai fenomena miris di kalangan para caleg dan tim sukses mereka.

 

Ketika mereka kalah dalam pemungutan suara banyak fenomena miris seperti yang dialami oleh warga Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Banyuwangi Jawa Timur dihobohkan dengan penarikan material paving blok oleh salah satu calon legislatif (caleg) yang kalah.

 

Adapula calon anggota legislatif atau caleg di Kabupaten Subang yang membuat onar setelah kalah dalam raihan suara di Pileg 2024 yang ikut berkompetisi di Dapil 4 Subang Jawa Barat membongkar jalan yang ia bangun dan meneror warga dengan menyalakan petasan jumbo.

 

Akibat teror ini beberapa warga dirawat dan ada pula seorang warga yang bernama Dayeh usia 60 tahun meninggal dunia terkena serangan jantung akibat teror petasan dari caleg yang gagal tersebut.

 

Sementara di daerah Cirebon Jawa Barat terdapat dua orang tim sukses salah satu caleg yang depresi usai gagal mengantarkan caleg jagoan nya meraih suara dan gagal meraih kursi legislatif.

 

Bahkan yang lebih miris dan menyedihkan ada anggota tim sukses caleg yang nekad bunuh diri, Wagino alias Gundul 56 tahun warga Sidamukti Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di kebun rambutan miliknya.

 

Kenapa fenomena caleg depresi marak terjadi begini ulasannya sebagaimana dikutip Banten 72 melalui kanal YouTube Muslimah Media Center.

Baca juga:  Kirab Pemilu 2024, KPU Pandeglang Gelar Doa Bersama Ulama dan Santri

 

Berbagai fenomena ini menggambarkan lemahnya kondisi mental para caleg atau tim suksesnya.

 

Yakni mereka hanya siap menang dan tidak siap kalah, fenomena ini jugu menggambarkan betapa jabatan menjadi sesuatu yang sangat diharapkan.

 

Mengingat berbagai keuntungan dan fasilitas yang akan didapatkan.

 

Demi mengejar semua itu mereka rela membeli suara rakyat dengan modal yang besar dengan pamrih mendapat suara rakyat.

 

Inilah hasil penerapan sistem politik demokrasi kapitalisme, sistem politik yang menegasikan aturan Allah membuat politik begitu kotor dan keji.

 

Manusia berebut kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan, sementara legalitas kekuasaan politik demokrasi kapitalisme hanya dilihat dari suara mayoritas.

 

Akhirnya model politik demokrasi kapitalisme meniscayakan pemilu berbiaya tinggi.

 

Umat harus sadar dan tidak membiarkan fenomena yang rusak itu sebagai sebuah hal yang normal.

 

Karena kondisi tersebut adalah akibat dari sistem demokrasi kapitalisme, sebenarnya politik tidak kotor dan hina seperti ini jika sistem kehidupan yang menaungi kaum Muslim itu Shohih yakni sistem Islam.

 

Dalam Islam kekuasaan dipandang sebagai amanah yang akan dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT.

 

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada Abu Dzar :”wahai Abu Dzar engkau adalah pribadi yang lemah sedangkan kekuasaan itu adalah amanah dan kekuasaan itu akan menjadi penyesalan dan kehinaan di hari akhirat kecuali mereka yang dapat menjalankannya dengan baik”(HR. Muslim).

Baca juga:  Menguat Dimyati Didorong Maju Calon Gubernur Banten,  Ini Harapan Masyarakat Banten Selatan

 

Kekuasaan dalam Islam digunakan untuk menerapkan syariat Islam bukan untuk memperkaya diri dan golongan.

 

Konsep ini dapat dipahami dari penjelasan ulama Muntasir Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Qur’an al-Azhi m bab 5 halaman 111.

 

Ketika menafsirkan surat Al Isra ayat 80 dikatasn bahwa: “sungguh Nabi Muhammad SAW menyadari bahwa beliau tidak punya daya atau kekuatan untuk menegakan agama ini(Islam) kecuali dengan kekuasaan, oleh karena itulah beliau mohon kepada Allah kekuasaan yang bisa menolong kitabullah (sultonan nashiro) melaksanakan hudud Allah menunaikan berbagai kewajiban dari Allah dan menegakkan agama Allah(Islam), sungguh kekuasaan adalah rahmat yang Allah berikan kepada para hambanya, andai bulan karena kekuasaan tersebut orang-orang bisa saling menyerang (menzalimi) satu sama lain sehingga pihak yang kuat bisa memangsa pihak yang lemah”.

 

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitabnya Mafatih al-Ghayb bab 3 halaman 424.

 

Bahwa:”berkat agama (Islam) yang bersanding dengan kekuasaan Allah SWT menghilangkan berbagai keburukan dunia dari manusia”.

 

Begitupun Imam Al Ghazali dalam kitabnya Al-Iqtishad fi al – I’tiqd bab 1 halaman 78.

 

Mengatakan bahwa:”agama dan kekuasaan itu ibarat dua saudara kembar, agama adalah pondasi, sedangkan kekuasaan adalah penjaga nya, apa saja yang tidak dimiliki pondasi akan hancur apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap”.

Baca juga:  Legislator Perempuan Ajak Masyarakat Meriahkan HUT - 78 Kemerdekaan RI,  Jaga Nilai Persatuan dan Kesatuan

 

Konsep kekuasaan seperti inilah yang benar dan Harus dipahami oleh kaum muslimin.

 

Selain itu Islam juga menetapkan cara-cara yang ditempuh untuk meraih kekuasaan harus sesuai dengan ajaran agama.

 

Dalam kitab Ajhizah ad Daulah dijelaskan bahwa metode baku untuk mengangkat seseorang pemain adalah bai’at, tanpa bai’at kekuasaan seorang pemimpin atau khalifah tidak sah.

 

Sementara Pemilu atau intikhabat hanya sebatas cara atau uslub untuk memilih calon pemimpin.

 

Adapun batas kekosongan kepemimpinan 3 hari dengan malamnya, dengan kekosongan ini majlis umat dan mahkamah Madzalim akan bekerja siang dan malam untuk menyeleksi para calon Khalifah sesuai dengan syarat ini’,iqad Khalifah.

 

Setelah para calon terseleksi umat baru boleh melakukan pemilu untuk memilih Khalifah atau pemimpin.

 

Mekanisme ini pernah dijalankan ketika pemilihan Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib untuk menjadi Khalifah.

 

Hasil dari pemilunitu menghasilkan Usman bin Affan menjadi Khalifah.

 

Setelah itu Usman bin Affan dibai’at oleh kaum muslimin untuk mengemban amanah pemerintahan.

 

Demikianlah pemilihan dalam Islam sehingga menghasilkan pemimpin yang amanah semoga fenomena caleg stres dan depresi tidak terjadi lagi, semoga informasi ini bermanfaat.

Komentar