Oleh. Efi Syarifudin
KOMEDIAN yang open-mic di sebuah kafe mampu membuat audiennya semua terhibur. Tapi dihatinya ia sedih, sebab tawa yang ia persembahkan tak meringankan biaya hidupnya. Harga-harga yang naik, pembatasan kegiatan, dan kegaduhan antar bangsa telah membuat job panggung komedinya tak semeriah dahulu.
Pentasnya Indonesia sebagai presidensi G-20 di tahun 2022 ini bukan lah sebuah komedi. Indonesia adalah negara moderat yang mampu memposisikan dirinya secara proporsional. Secara ekonomi, Indonesia memang bukan raksasanya, tapi tentang potensi market dan sumber daya, Indonesia tidak bisa diremehkan.
Ketegangan antar negara yang disebabkan konflik rusia-ukraina membuat ketar-ketir kita semua. Lantaran gerak pemulihan ekonomi global menjadi melambat. Padahal pasca pandemic semua berharap agar ekonomi bisa pulih dan tumbuh normal. Konflik ini membuat lalulintas perdagangan terhambat, harga komoditas menjadi sulit dijinakkan, dan inflasi menjadi momok bagi stabilitas ekonomi dan sosial di banyak negara.
Dibandingkan negara-negara lainnya, Indonesia termasuk negara yang memilik daya tahan menghadapi krisis. Pengalaman menghadapi krisis di tahun 1997 dan 2008 menghasilkan berbagai strategi bauran kebijakan yang memberikan stimulus bagi ketahanan sektor keuangan yang merupakan sektor paling sensitif menghadapi krisis global. Melihat data trading enomomics pada bulan Mei 2022 lalu, beberapa negara mengalami tekanan inflasi pada kisaran 200 persen bahkan lebih, diantaranya adalah Venezuela, Libanon dan Sudan. Turki adalah negara G20 yang menaiki roller coaster inflasi hampir mencapai 70 persen.
Tekanan inflasi terjadi juga di negara Amerika sebesar 8,3 persen dan Eropa 7,5 secara tahunan (year on year). Sementara Indonesia pada bulan Juni 2022 mengalami posisi tertinggi sejak lima tahun, yaitu sebesar 4,35%. Inflasi Indonesia didorong oleh faktor komponen harga bergejolak (volatile food). Sementara, inflasi inti tercatat di bulan Juni 2022 tercatat sebesar 2,63 persen secara tahunan. Artinya secara fundamental, inflasi Indonesia masih dapat dikendalikan. Oleh karena itu kita bisa memahami jika BI masih menahan diri untuk menaikan suku bunga acuan. Karena selain menjaga stabilitas moneter BI juga memiliki harapan untuk bisa mendorong roda perekonomian.
Posisi Strategis G20
Di masa pandemi Indonesia mendapatkan kehormatan sebagai presidensi G20 di tahun 2022 berdasarkan Riyadh Summit 2020. Posisi G20 di masa post-pandemi menghadapi berbagai tantang yang cukup besar dalam memulihkan perekonomian global. Ekspektasi publik terhadap G20 cukup besar dalam rangka mengobati krisis. Tidak hanya pada krisis ekonomi, tapi juga krisis perdamaian yang melibatkan salah satu anggota G20, Rusia.
Secara historis, G20 adalah bentuk respon berbagai negara terhadap krisis yang terjadi di tahun 1997-1999. Dibentuk pada tahun 1999 dengan kegiatan utamanya mendiskusikan berbagai kebijakan strategis dalam rangka mewujudkan keuangan global dengan melibatkan negara-negara yang memiliki pengaruh secara sistemik terhadap ekonomi, salah satunya adalah Indonesia. Secara historis pada saat krisis keuangan global di tahun 2008. Beberapa paket stimulus fiskal dan moneter terkoordinasi dalam skala besar yang mendukung pertumbuhan dan mendorong reformasi penting di bidang keuangan.
G20 merupakan agenda kegiatan besar yang melibatkan berbagai pimpinan pemerintah, menteri-menteri keuangan, menteri luar negeri, bank sentral dan working grup yang terkait isu yang diusung pada forum G20. Dalam masa pandemi kemarin, G20 menghasilkan berbagai inisiatif strategis, diantarnya adalah penangguhan pembayaran utang luar negeri negara berpenghasilan rendah, Injeksi penanganan Covid-19 sebanyak >5 triliun USD (Riyadh Declaration), penurunan/penghapusan bea dan pajak impor, pengurangan bea untuk vaksin, hand sanitizer, disinfektan, alat medis dan obat-obatan.
Selain isu keuangan, G20 juga berperan dalam isu internasional lainnya, termasuk perdagangan, iklim, dan pembangunan. Pada 2016, diterapkan prinsip-prinsip kolektif terkait investasi internasional. G20 juga mendukung gerakan politis yang kemudian berujung pada Paris Agreement on Climate Change di 2015, dan The 2030 Agenda for Sustainable Development. Tahun 2022 ini, G20 menghadapi tekanan dari berbagai pihak dengan adanya konflik yang melibatkan anggota G20. Harapan dari berbagai pihak agar dalam forum G20 punya bisa menjadi solusi dari ketegangan Rusia-Ukraina yang menekan lalulintas komoditas dan energi strategis.
Pada minggu pertama Juli 2022 ini, menteri luar negeri anggota G20 berkumpul di Bali. Agenda para menteri ini penting untuk menindaklanjuti kunjungan Presiden Jokowi ke agenda G7 dan kunjungan ke Ukraina dan Rusia. Dukungan terhadap perdamaian dan kesepakatan menteri-menteri luar negeri anggota G20 diharapkan dapat meredam isu perang dunia ketiga. Negara-negara G20 memiliki pengaruh dari sisi ekonomi dan keuangan. Konsensus untuk menghentikan perang dan menghindari konflik di sesama anggota G20. Hal ini dapat memberikan penguatan dan dukungan terhadap perdamaian. Bukan kah tanpa kondisi yang damai, kebijakan ekonomi dan keuangan tentu sulit diimplementasikan?.
Tak kalah menarik dari G20 di Indonesia ini adalah adanya forum Y20. Walau pun kegiatan ini sekadar kegiatan engagement program, keberadaan pemuda ini tidak bisa diabaikan. Dari sisi populasi, penduduk dunia berumur 10-24 tahun mencapai 1,8 miliar penduduk, sementara di Indonesia adalah sekitar 65 juta orang atau sekitar 28 persen dari jumlah penduduk. Forum Y20 memberikan kesempatan kepada generasi muda dari berbagai negara G20 untuk sejak dini terlibat dalam berbagai isu global dan mencapai konsensus. Salah satu isu yang didiskusikan generasi muda adalah mengenai isu lingkungan yang hijau, aman, berkelanjutan dan inklusif. Disisi lain, kehadiran generasi muda ke forum Y20, tentunya dapat memberikan pesan positif terhadap kondisi Indonesia pasca pandemi.
Akhirnya, Indonesia berpeluang strategis untuk memberikan kontribusi bagi perbaikan kondisi global melalui perannya di G20. Tentunya memerlukan dukungan kuat dari berbagai pihak di dalam negeri. Terlebih keberhasilan Indonesia nantinya, akan memberikan pesan positif yang dapat meningkatkan kepercayaan dan selanjutnya bisa berdampak terhadap ekonomi Indonesia.
Komedian menutup candanya di atas panggung dengan senyum penuh optimisme. Ditanggapi dengan tepuk tangan meriah para hadirin. Saat ingin menuruni tangga, hadirin berdiri memberikan penghormatan kepada komedian yang berhasil membangkitkan kebahagiaan melalui candanya yang segar. Senyum selalu Indonesiaku. ***
Penulis adalah dosen Pascasarjana UIN SMH Banten
Komentar